i can do all things and accepts all things through GOD that strengthens me..amen

Tuesday, 9 October 2012

YESUS ITU DEKAT


Kejadian 28:10-22
Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya (Kej 28:16)
Samuel, yang berusia 4 tahun, telah menyelesaikan makan malamnya dan bertanya apakah ia dapat meninggalkan meja. Ia ingin keluar dan bermain. Namun ia masih terlalu kecil untuk keluar sendirian, jadi ibunya menjawab, “Tidak. Kamu tak boleh keluar sendirian. Kamu harus menunggu Mama selesai makan dan Mama akan menemanimu.” Samuel dengan segera menjawab, “Tapi Ma, Yesus menemaniku!”
Samuel telah belajar dengan baik dari orangtuanya bahwa Tuhan senantiasa menyertainya. Kita membaca dalam bacaan Alkitab hari ini bahwa Yakub juga telah mempelajari hal tersebut. Ishak ayahnya telah memberkati Yakub dan memintanya untuk mengambil istri dari keluarga ibunya (Kej. 28:1-4). Yakub menaati pesan tersebut dan pergi ke Haran.
Ketika Yakub tidur, Tuhan datang kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi . . . sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau” (ay.15). Ketika terbangun, Yakub tahu bahwa ia telah mendengar Allah berfirman dan berkata, “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini” (ay.16). Merasa yakin akan kehadiran Allah, Yakub bertekad untuk mengikut-Nya seumur hidup (ay.20-21).
Jika kita telah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita (Yoh. 1:12), kita dapat merasa yakin dan teguh dalam kebenaran bahwa Tuhan selalu menyertai kita (Ibr. 13:5). Seperti Yakub, kiranya kita mau menanggapi kasih-Nya dengan pengabdian sepenuh hati. —AMC
Terima kasih Tuhan, karena Engkau menyertai kami setiap hari.
Engkaulah penjaga kami, sahabat kami, dan pemandu kami.
Kiranya kami merasakan kehadiran-Mu yang penuh kasih dan
selalu menyadari bahwa Engkau berada di sisi kami. Amin.
Allah yang penuh kasih selalu dekat dan selamanya menyertai kita.

Monday, 8 October 2012

TURUNKAN TANGAN ANDA



Mazmur 46
Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! —Mazmur 46:11
Anda mungkin mengira sidik jari ibu saya akan tercetak di lutut saya saking seringnya ia mencubit lutut saya di gereja dan berbisik dengan tegas, “Diamlah.” Seperti kebanyakan anak laki-laki lainnya, saya mempunyai kebiasaan buruk karena tidak dapat duduk diam di tempat seperti gereja. Jadi selama bertahun-tahun, ketika membaca, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mzm. 46:11), saya mengartikannya sebagai bersikap tenang.
Namun bahasa Ibrani untuk kata diam berarti “berhenti bergumul”. Dalam kata ini terkandung konsep untuk menurunkan tangan dan membiarkan Allah terlibat dalam situasi kita tanpa campur tangan kita. Kata diam ini memberikan gambaran yang menarik, karena kita sering menggunakan tangan untuk menyingkirkan hal-hal yang menghalangi jalan kita, untuk melindungi diri, atau untuk menyerang balik. Ketika kita menurunkan tangan, hal tersebut membuat kita merasa tidak berdaya dan rentan—kecuali kita dapat mempercayai bahwa “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (ay.2), dan bahwa “Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub” (ay.8). Dengan kata lain, berhentilah bergumul dan nantikan Allah berkarya!
Dalam menghadapi segala situasi kehidupan, kita dapat mengalami damai sejahtera melalui sikap kita yang mempercayai kehadiran dan kuasa Allah di tengah kesulitan. Hal ini terjadi sembari kita menanti pertolongan-Nya dengan sabar dan dalam doa. Jadi turunkan tangan Anda, karena tangan Allah terus berkarya demi Anda! —JMS
Diam dan ketahuilah bahwa Dialah Allah
Karena jalan hidup ini curam dan keras;
Bukan apa yang Dia berikan yang diperlu,
Tetapi diri-Nya saja, itu sudah cukup. —NN.
Ketika kita menaruh masalah kita dalam tangan Allah, Dia menaruh damai sejahtera-Nya dalam hati kita.

Thursday, 4 October 2012

Mengatasi Ketakutan, Belajar dari Kisah Ayub

Ketakutan dapat membawa bencana. Ketakutan adalah sikap yang membawa manusia kepada ikatan, kebingungan, frustrasi, depresi dan penyakit. Psikolog mengatakan bahwa manusia tidak dilahirkan dari ketakutan. Alkitab pun berkata,”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” – 2 Timotius 1:7

Kalau kita tidak dilahirkan dari ketakutan dan Allah pun tidak pernah memberikan mroh ketakutan, dari manakah datangnya ketakutan itu? Yesus berkata, "... Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” – Matius 8:13

Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh apa yang kita percayai. Ketika kita mempercayai kebenaran firman Tuhan maka kita memiliki iman, sebaliknya ketika kita mempercayai sesuatu yang salah atau negatif maka kita menjadi takut.

Ayub berkata, ”Karena yang kutakutkan itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” – Ayub 3:25

Apa yang ditakuti Ayub, itulah yang terjadi kepadanya. Apa yang dia percayai, itulah yang akan terjadi. Ayub tidak bisa menghindarikan diri dari apa yang dia takutkan itu. Ketakutan diciptakan dari sebuah keyakinan yang salah.

Apakah yang paling ditakutkan Ayub? Dia takut bahwa pagar perlindungan atas hidupnya dihancurkan dan segala sesuatu yang baik diambil dari hidupnya; Dia takut bahwa dia tidak mendapatkan lagi berkat-berkat Tuhan yang baik dalam hidupnya; Dia takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan merusak kebahagiaannya [Ayub 1:5; 1:10].

Ayub tidak dapat menghindari dari apa yang ditakutinya, semuanya itu terjadi. Kekayaannya ludes, anak-anaknya mati dalam seketika, penyakit datang menimpa dirinya, dan istrinya menyuruh Ayub mengutuki Allahnya. Apa yang ditakuti itulah yang dialami Ayub.

Apabila ketakutan datang menyerang pikiran Anda maka Anda harus mengambil keputusan untuk segera menghadapinya. Anda tidak boleh menikmati ketakutan itu. Anda tidak boleh melayani ketakutan itu. Anda harus segera mengatasinya. Anda harus segera mengusirnya dari hati dan pikiran Anda.

Seperti halnya iman, ketakutan itu mengandung kekuatan, kekuatan untuk menghancurkan dan melumpuhkan hidup manusia sebaliknya iman mengandung kekuatan untuk membangun dan mengubah hidup manusia. Ketakutan timbul dari mempercayai apa sesuatu yang salah atau negatif; sebaliknya iman timbul dari mempercayai kebenaran firman Tuhan. Ketakutan mempercayai apa yang dilihat oleh mata. Iman
mempercayai apa yang tidak bisa dilihat oleh mata.

Ayub menyadari bahwa dia tidak boleh melayani ketakutan. Ayub sadar bahwa dia harus mengatasi ketakutan itu. Apabila tidak segera diatasi ketakutan itu maka ketakutan itu akan semakin menghancurkan hidupnya. Ayub berhasil mengatasi ketakutannya dan masalah yang timbul dari ketakutannya. Allah memulihkan keadaan Ayub setelah dia berhasil mengatasi ketakutannya.

Bagaimana Ayub mengatasi ketakutan dan masalahnya itu?
Pertama, Ayub mengakui ketakutannya
“Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” – Ayub 3:25

Saat Anda mengalami ketakutan dan kekuatiran dalam hidup Anda, maka langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengakui apa yang Anda takutkan itu, akuilah di hadapan Allah dan mintalah damai sejahteraNya menguasai hati dan pikiran Anda.

Ingatlah, sekalipun Anda tidak mengakui apa yang Anda takutkan Allah pun mengetahuinya namun apabila Anda datang dengan rendah hati mengakui apa yang Anda takutkan di hadapan Tuhan maka Dia akan menukar ketakutan dengan memberikan damai sejahtera-Nya.

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” – Filipi 4:6-7

Jadi untuk mengatasi ketakutan Anda harus memelihara apa yang Anda pikirkan. Anda tidak akan pernah merasa berbahagia sampai Anda memiliki pikiran yang berbahagia. Sebab apa yang kita rasakan berkaitan erat dengan apa yang kita pikirkan. Anda akan bebas dari rasa ketakutan hanya apabila pikiran Anda dipenuhi dengan damai sejahtera Allah.

Bagaimana memelihara damai sejahtera-Nya itu? Alkitab berkata,”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” – Filipi 4:8

Kedua, Ayub menyadari bahwa imannya sedang diuji
“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” – Ayub 23:10

Apabila Anda menghadapi pergumulan yang menimbulkan ketakutan dalam hidup Anda. Entah pergumulan dalam keuangan atau bisnis, keluarga atau sakit penyakit maka Anda harus melihat pergumulan itu sebagai ujian iman.

Apabila Anda lulus dalam ujian iman maka Anda akan naik ke level yang lebih tinggi di dalam Tuhan. Ayub memandang pergumulannya sebagai ujian iman dan ia akan timbul seperti emas.

Kita cenderung menjadi orang yang mengasihani diri sendiri saat pergumulan datang. Kita cenderung memandang dengan sikap yang salah. Cobalah mengubah cara pandang Anda dalam menghadapi pergumulan.

Milikilah sikap iman yang positif. Milikilah pengharapan yang kuat. Tuhan tidak pernah terlambat untuk mengulurkan pertolongan-Nya. Anda harus lulus dalam ujian iman dengan sikap iman yang positif.

Ada dua benda, yang satu namanya kentang yang keras dan yang satunya adalah telor yang lembut namun saat dimasukkan dalam air yang mendidih dalam waktu kurang dari setengah jam, kentang yang keras menjadi lembut sedangkan telor yang lembut menjadi keras.

Kiranya pergumulan yang Anda hadapi akan membuat hati Anda semakin menjadi lembut, hati yang siap untuk ditabur oleh firman Tuhan. Apabila Anda memiliki sikap iman yang positif saat menghadapi pergumulan maka Anda pasti lulus dalam ujian iman. Anda pasti timbul seperti emas.

Ketiga, Ayub datang kepada Allah dan mempercayai Allah sebagai Penebusnya yang hidup
“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.” – Ayub 19:25

Memang diperlukan usaha yang kuat bagi Ayub untuk berkata seperti ini. Justru perkataannya ini untuk membangkitkan semangat dirinya. Ayub menolak untuk menyerah atas pergumulannya. Dia mau bangkit dan menyerang ketakutannya itu. Ia berkata kepada dirinya sendiri, ia berusaha untuk membangkitkan imannya dengan  memperkatakan apa yang menjadi pengharapannya.

Coba Anda bayangkan keadaan Ayub saat itu, tidak ada hal-hal yang baik di sekeliling hidupnya. Sekarang Ayub duduk dalam kemiskinan, penyakit menimpa sekujur tubuhnya, penderitaan yang sangat berat sedang dialaminya. Tidak ada seorang pun yang memberinya kekuatan atau berdoa untuknya, tetapi dia berseru dengan nyaring. “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup.” Ayub tahu bahwa Allah peduli bahkan di dalam badai yang kuat sekali pun, dia yakin Allah masih sanggup mendengar sebuah bisikan kecil dari jeritan hatinya yang terdalam...

Ayub mendapatkan pengertian bahwa Allah adalah penebusnya yang hidup. Seorang Pribadi yang bersedia dan sanggup memberikan pertolongan di saat dia tidak berdaya. Ayub sedang melihat Allah yang bukan hanya akan melepaskan dirinya dari jerat kemiskinan, sakit penyakit, kesepian, dan kesedihan tetapi juga Allah yang sanggup menyelamatkan diri dari kematian kekal. Di tengah-tengah penderitaannya, Ayub melihat Pribadi Yesus Kristus Sang Penebus, yang akan mati di salib untuk menebus seluruh dosa dunia ini.

“Tetapi kamu harus beribadah kepada Tuhan, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu.” – Keluaran 23:25-26

Kita bisa mengusir ketakutan dengan memperkatakan firman Tuhan yang dapat membangkitkan iman. Alkitab berkata bahwa apabila kita beribadah kepada Tuhan, Allah kita maka Dia akan memberikan kita kekuatan untuk memperoleh kekayaan; kekuatan untuk menaklukkan sakit penyakit; kekuatan untuk bertambah banyak bukan kemandulan; kekuatan untuk menyelesaikan tugas panggilan hidup kita sampai garis akhir. Inilah janji dari Penebus kita yang hidup!

Keempat, Ayub mengakui bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana Tuhan yang gagal
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” – Ayub 42:2

Ayub duduk dan mengetahui bahwa: “Aku tahu, aku akan keluar seperti emas... Aku tahu Penebusku hidup... Aku tahu Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Nya yang gagal...

Sekalipun sahabat-sahabatnya datang untuk menyerang dia bahkan Tuhan pun nampaknya berdiri menentang dia tetapi Ayub mengambil keputusan untuk percaya dan berharap kepada Tuhannya. Ia berkata,”Aku tahu, aku akan keluar seperti emas; aku tahu Penebusku hidup; dan aku tahu Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Nya yang gagal...”

Ayub mengambil keputusan untuk percaya kepada Tuhan sekalipun nampaknya tidak ada dasar lagi untuk berharap. Inilah kunci pemulihan hidup.

Seorang jemaat yang menderita Insomnia (sulit tidur) cukup lama mendatangi saya setelah ibadah doa pengurapan. Ia menceritakan penyakitnya. Ia harus minum obat tidur setiap malam. Ia berkata bahwa imannya telah dibangkit oleh karena firman Tuhan dan jamahan Roh Kudus malam itu. Ia mengambil keputusan untuk berhenti minum obat tidur. Ia percaya bahwa ia pasti disembuhkan oleh Tuhan
Yesus.

Ia mencobanya namun ia masih belum bisa tidur, hal itu berlangsung cukup lama. Lalu ia bernazar bahwa apabila ia bisa tidur tanpa minum obat maka ia akan melaksanakan nazarnya. Roh Kudus mendorongnya untuk melaksakanakan dulu janjinya kepada Tuhan apabila ia mengharapkan kesembuhan. Ia tidak boleh menunggu sembuh lalu melaksanakan nazarnya.

Ia mentaati perintah-Nya, Saat ia melakukan nazarnya, tiga hari kemudian Tuhan menyembuhkan. Ia bisa tidur nyenyak tanpa minum obat tidur. Tidak ada kesembuhan atau kelepasan tanpa iman yang teguh kepada Tuhan. Iman harus disertai dengan perbuatan.

Akhirnya, Allah memulihkan keadaan Ayub, setelah dia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya. Allah memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu [Ayub 42:10].

Allah memulihkan keadaan Ayub setelah dia berhasil mengusir ikatan ketakutan dan menaruh percaya yang kuat kepada Tuhan, Penebus yang hidup, yang sanggup melakukan segala sesuatu. *

Sunday, 30 September 2012

Pdt Gilbert Lumoindong

Yohanes 8 : 28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia,  barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

Banyak hal yang akan Tuhan singkapkan dalam kehidupan kita saat kita meninggikan Dia dan berkenan di hadapan Tuhan.
Rencana Tuhan dalam hidup kita adalah supaya kita berubah dan berbuah bagi Dia. Berkat bukanlah tujuan utama dalam hidup begitu juga mujizat. Itu adalah bonus daripada Tuhan.
Yesus mengatakan 'sudah selesai' di atas kayu salib, berarti segala dosa dna pelanggaran kita sudah diselesaikan dengan darah Yesus dan sekarang yang kita adalah tetap meninggikan Dia.
Seringkali dalam  kehidupan kita, saat di dalam pergumulan dan persoalan sering kita berkata 'don't know what to do' dan tanpa kita sedari itulah kepakaran si iblis yang menempatkan kita di posisi tersebut sehingga kita boleh katakan juga 'everthing will ok' iaitu alasan kepada perbuatan kita yang menghalalkan segala secara.
Alasan yang benar sekalipun tidak bisa membenarkan perbuatan yang tidak benar.
Yesus menyelesaikan semua persoalan kita. Katakan pada diri kita ,'tetap berdiri teguh kerna aku masih punya Tuhan, Dia punya jalan keluar'.
Tujuan Tuhan bukan berkat/mujizat tetapi Tuhan mau kita meninggikan Dia dan berkenan di hadapan-Nya.
Kecewa, tekanan, sakit hati dan sebagainya bukan keadaan tetapi suatu keputusan kita sendiri.
Seringkali dalam kekecewaan kita sampai menyalahkan Tuhan dan membenarkan diri.
Ketika hidup kita berkenaan di hadapan Tuhan, tidak ada yang mustahil bagi Dia, berkatNya dan mujizatNya terjadi dalam hidup kita.

Bagaimana sikap orang yang berkenan di hadapan Allah?
1. Seorang yang dipimpin oleh Roh Allah
-Roh memang penurut tetapi daging lemah
-Orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang lebih dari seorang pahlawan yang mau merebut sebuah kota.
-Kita manusia biasa yang beriman kepada Allah yang luar biasa.
2. Orang berkenaan tidak mudah menyerah dan berputus asa.
-kerana yang menyertai kita lebih besar dari apapun yang kita alami.
-masalah/persoalan yang datang seringkali diizinkan Tuhan agar mendewasakan iman kita.
-lihat cara hidup kita secara positif
3. Hidup dalam damai sejahtera.
-damai sejahtera hanya boleh didapati di dalam Tuhan.
4. Orang yang berkenan kepada Tuhan tidak hidup untuk dirinya sendiri.
-untuk saya ada Tuhan yang mencukupi tetapi untuk orang lain ada kita yang Tuhan beri untuk membantu mereka.

Hiduplah untuk selalu berkenan di hadapan Tuhan, bukan hanya mencari Tuhan kerna berkatNya atau kerna mujizatNya yang kita butuhkan tetapi carilah dan tinggikan Tuhan selama kita masih hidup kerna itulah tujuan hidup kita.




Thursday, 27 September 2012

HANGATKAN HATINYA


Kejadian 50:15-21
”Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya (Kejadian 50:21)

Orang yang merasa bersalah, biasanya juga takut. Pernahkah Anda dikejar-kejar oleh dua perasaan yang saling terkait ini? Sebuah tindakan jahat di masa lalu bisa terus tersimpan di ingatan pelakunya, kecuali si pelaku sudah berhati batu. Jika hati Anda lembut, rasa bersalah itu akan terus menghantui dan membuat hidup tidak tenang. Itulah yang terjadi pada saudara-saudara Yusuf. 

Mereka sangat menyadari kesalahan mereka di masa lalu. Maka, ketika Yakub meninggal, mereka kembali dihinggapi ketakutan, bahwa Yusuf akan membalas kejahatan mereka dan tidak lagi bersikap baik kepada mereka. Maka, setelah tujuh belas tahun hidup bersama di Mesir, mereka kembali memohon pengampunan Yusuf atas kesalahan mereka di masa lalu. 

Bahkan mereka menyatakan bersedia menjadi budak Yusuf. Bagaimana sikap Yusuf? Yusuf menunjukkan bahwa sikapnya tetap sama; baik semasa Yakub masih hidup maupun setelah Yakub tiada. Yusuf memang tak lupa pada kejahatan mereka dulu. Namun, Yusuf telah menemukan makna peristiwa masa lalu itu; yakni agar ia dapat memelihara hidup suatu bangsa yang besar (ayat 20). Jadi, ia melegakan hati saudara-saudaranya dengan berkata: ”Jangan takut”. Sikap, kata, refleksi, dan tindakan Yusuf menenangkan dan menghibur hati mereka. 

Bagi Anda yang dirundung ketakutan karena rasa bersalah, sungguh menenangkan hati jika Anda segera menuntaskannya. Bagi Anda yang berada di posisi seperti Yusuf, janganlah menunda untuk melegakan hati orang yang datang kepada Anda dengan rasa takut dan sesal. Segera hangatkan hatinya dengan pengampunan dan harapan baru —DKL
CINTA DAN PENGAMPUNAN YANG SEJATI
SANGGUP MENGHANGATKAN KEBEKUAN  HATI

KU MAU MENYENANGKANMU

Yang terindah bagiku adalah bersamaMu
Dalam setiap perkara Kau menjaga hidupku

Kebanggaan bagiku jadikan anakMu
Keselamatan yang kekal menjadi bagianku

Dengan segnap hatiku
Jiwa dan fikiranku
Ku lakukan firmanMu
Berharap kepadaMu

Kau yang memurnikan dan memahkotaiku
Dengan kekuatanMu 
Ku mau menyenangkanMu

Monday, 24 September 2012

INVESTASI WAKTU


Amsal 4:1-6

... aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup" (Amsal 4:4)
 

Seorang tokoh politik serta diplomat Amerika abad ke-19, Charles Francis Adams, punya buku harian. Suatu saat, di buku itu ia menulis: "Hari ini saya memancing dengan anak laki-laki saya-satu hari terbuang percuma." Ternyata, putranya, Brook Adams, juga memiliki buku harian. Dan, pada hari yang sama tersebut, Brook Adams menulis: "Pergi memancing dengan Ayah-ini sungguh hari paling menyenangkan di hidupku!" Perbedaan pandangan terhadap satu pengalaman yang sama. Yang satu merasa membuang waktu, yang lain merasa sang ayah memberi investasi waktu yang berharga baginya.

Beda cara pandang seperti ini mungkin kerap terjadi. Kita merasa membuang waktu saat "hanya" bermain-berbincang dengan anak-anak. Padahal bagi mereka, itulah tabungan emosi dan kepercayaan yang mereka dapat dari kebersamaan dengan orangtua. Dan, inilah keadilan Tuhan; kasih itu dapat dinyatakan dengan sesuatu yang dapat dilakukan tiap orangtua: investasi waktu-yang tak menuntut kita untuk selalu keluar uang. Anak-anak hanya perlu kita ada bersama mereka, punya waktu mendengar mereka, punya kesempatan menyentuh mereka dengan kasih nan menenteramkan.

Salomo adalah salah satu tokoh Alkitab yang tercatat karena kebijaksanaan, kemasyhuran, kesuksesannya. Namun, siapakah pribadi di balik keberhasilannya itu? Betulkah ia menyebut-nyebut ayahnya-yang berperan mendidik dan menasihatinya? Bacaan hari ini menunjukkan hal itu. Daud, ayah Salomo, memberi waktu yang ia punya untuk mengarahkan putranya agar hidup di jalan Tuhan. Dan, kita telah melihat hasilnya. Maka, sesibuk-sibuknya kita sebagai orangtua, mari prioritaskan selalu waktu untuk anak -AW
ANAK YANG MENCAPAI KEBERHASILAN DI HIDUPNYA
DIBESARKAN OLEH ORANGTUA YANG PUNYA WAKTU UNTUKNYA